Saturday, October 10, 2015

Memahami sakit, dan cintaNya



Perempuan. Kita ini dianugerahi tubuh yang luar biasa. Kemampuan mengandung dan melahirkan. Kemampuan memberi makan bayi melalui menyusui. Kemampuan otak untuk multitasking yang terjadi secara alami karena tanggung jawab kita sebagai ibu dan istri. Luar biasa kan.

Tapi kelihatannya dengan semua keajaiban itu, perempuan juga rentan penyakit. Dari rasa nggak nyaman yang normal saat PMS sampai segala penyakit yang ada hubungannya dengan organ kandungan dan menyusui. Belum yang lain.

Tapi kan kalau sedang sehat ya nggak mikir sakit kan. Dan sebaliknya kalau nggak sakit kita sering lalai dengan yang namanya hidup dan membiarkannya bergulir dengan waktu.

Kadang lalu ada aja kejadian yang ngebangunin kita dari keterlenaan itu. Saya mengalaminya baru-baru ini.

Awal tahun ini saya menemukan benjolan di payudara kiri. Jelas saya kaget. Dan, takut. Tapi dasar saya nggak suka ke dokter, saya cari info sendiri dulu. Tapi ya hari gini. With information at your finger tips, the more you know the more confused you are!. Atau saya aja kali yang dodol.

Akhirnya sekitar bulan Maret saya beranikan diri untuk mamografi dan USG. Hasilnya: tidak definitif - dibilang jinak iya tapi kok ada kecurigaan ganas juga. Hyaaa...to think that technology and advancement dalam dunia kedokteran akan selalu bisa kasih kepastian lha ini malah bingungin juga.

Tapi ya dasar saya. Males cari opini kedua. Tapi memang saya disarankan untuk ke Onkologi 3 bulan setelah itu.

OK lah. Saya pikir ya udah let's see. Dan seperti biasa saya nyantai lagi. Moved on with life seperti nggak ada apa-apa. Padahal sih takut.

3 minggu lalu (iya, udah lewat jauh dari 3 bulan yang disarankan...memang, saya sinting...), akhirnya saya ke Oncology Clinic di RS. Siloam di belakang Atma Jaya setelah dapat saran dari teman.
Setelah segala rupa tes, Onkolog-nya bilang (gitu bukan sih nyebutnya dalam bahasa Indonesia?), masih aman tapi harus dimonitor 3 bulan lagi. Saya akhirnya menemukan ketenangan dan kepastian yang saya cari.

Tapi jujur those 3 weeks were the longest weeks in my life. Dari hari ketemu dokter pertama kali, menjadwalkan 5 macam tes, nunggu hasilnya lalu nunggu waktu ketemu dokter lagi, was nerve wrecking. Kerja nggak tenang. Ketawa tapi ada yang ngganjel di hati. Serba salah lah.

Bukan kali ini aja padahal saya bermasalah dengan segala organ yang cuma diberikan pada perempuan. Operasi udah jadi kata yang lumayan 'biasa' di kuping saya. Sampai kakak saya aja komentar, "Loe nggak bisa ya masuk rumah sakit bukan buat dibelek?", saking seringnya saya operasi. Tapi kali ini saya betul-betul dibuat takut dengan segala konsekuensinya.

Gimana kalau harus kemo?. Gimana kalau nyebar?. Gimana kalau ini dan itu dan banyak sekali pertanyaan lain. Dan, the scariest question was: gimana anak-anak kalau saya harus ngejalanin lanjutannya?. Will I make it?. Will they make it seeing their mom in pain?.

Iya saya tahu ada survivors dan saya bisa belajar dari mereka. Tapi yaelah...teteeeuuuppp sereeem.

Thank God Tuhan masih kasihan pada saya, pada kami. Tuhan pasti tahu bahwa saya terlalu cemen untuk bisa tegar kalau hal itu harus terjadi. Saya bisa merasakan betapa cinta Tuhan demikian besar pada saya, pada keluarga saya. Padahaaalll....cinta saya padaNya sering kesalip dengan cinta-cinta yang lain. Saya selingkuh melulu.

Cinta pada anak-anak padahaaalll mereka juga adalah wujud cinta Tuhan pada saya juga. Cinta pada Cip padahaaalll dia juga hadiah Tuhan buat saya. Travel kesana kemari dan mensyukuri nikmatNya tapi kalau lagi lupa ya lupa aja kalau semua itu, yang saya lihat dan alami, juga wujud cintaNya. Dan masih banyak banget selingkuhan hati ini kalau dipikir-pikir.

Katanya sakit adalah pembasuh dosa. Nah. Itu juga wujud cinta Tuhan. Dikasih sakit yang mungkin adalah alat bantu saya untuk kehidupan setelah kematian kelak, supaya timbangan dosa nggak berat-berat banget laaah.

Saya bercanda dengan teman setelah lewat masa-masa 3 minggu jahanam itu. Saya bilang sama teman saya, kan katanya perempuan adalah penghuni neraka yang paling banyak. Tapi perempuan juga penyakitnya paling macem-macem. Itu mungkin cara Tuhan mencintai perempuan: dengan memberikan kita penawar-penawar dosa dengan segala penyakit itu.

A twisted logic?. Mungkin. But twisted or not, berpikir kayak gitu bikin saya jadi lebih nrimo dengan keperempuanan saya dan segala masalahnya. Dan bikin saya lebih melek akan cinta Tuhan yang bahkan ada lewat sakit. Bahwa sakit mungkin akan bisa dilewati dengan lebih ringan saat kita berpikir bahwa Tuhan sedang mengekspresikan cintanya pada kita lewat cara yang tidak biasa.

Bingung?. Ya udah jangan dipikirin. Sudah weekend, mikir yang ringan-ringan aja. Dan ingat selalu bahwa Tuhan, cinta kamu...


(R I R I. Ditulis 38.000 kaki di atas daratan Iran. Sebagai bentuk rasa syukur saya akan cinta Tuhan yang masih membuat saya bisa melakukan perjalanan ini dengan tenang. Dan doa saya untuk teman-teman perempuan yang sedang berjuang melawan kanker payudara. Be strong sisters...God loves you).

No comments:

Post a Comment

Bayangkan

Saat saya menulis ini, Indonesia sedang mengalami badai kedua (atau bahkan ketiga?), yang mengakibatkan naiknya kasus dan tingkat kematian, ...

Popular Posts