Wednesday, September 13, 2017

Antara kau dan aku







“Mendekatlah padaku. Biarkan aku menghiburmu” 

 “Pantaskah aku mendekat padamu?. Kau begitu suci dan indah”

“Kenapa kau berkata begitu?”

“Kau lebih tahu kenapa. Apalah aku ini. Dengan nistaku. Maksiatku. Amalku yang demikian miskin. Apa pantas aku mendekat padamu dengan segala kotoran yang ada pada diriku?”

“Kau tahu. Bahkan saat kau ada pada jarak yang paling jauh dariku, aku dekat denganmu. Bahkan saat kau dalam kenistaan, aku ada di dekatmu. Saat kau pikir kau sendiri, aku bersamamu. Dan kau masih juga bertanya, apa pantas kau mendekatiku?. Padahal, aku tidak pernah jauh darimu!”

“Tapi kenapa?. Kenapa kau melakukannya?. Buat apa kau tetap dekat?. Pantas rasanya kau tinggalkan saja aku dengan segala kedangkalanku. Segala durhakaku padamu. Durhakaku pada kenapa aku diciptakan. Kenapa kau tetap ada di dekatku?”

“Masih juga kau bertanya?. Sadarkah kau kalau aku menyayangimu?. Tahukah kau kalau aku tidak pernah mungkin meninggalkanmu bahkan dengan segala kenistaan yang menurutmu membuatku pantas meninggalkanmu?. Sadarkah kau bahwa aku tetap dekat, agar engkau bisa merasakan apa itu cinta yang hakiki?. Cinta yang abadi dan akan selalu ada dalam hidupmu bahkan saat kau merasa tidak membutuhkannya?. Cinta yang membuat hidupmu lebih berarti”

“Kau begitu agung. Buat apa kau mencintaiku seperti itu?. Aku cuma akan menodai keagunganmu!”

“Ya ampun. Kau memang keras kepala. Aku menjadi sesuatu yang agung karena cinta kasihku. Pada semua yang bisa kucintai, semua yang bisa kurawat, semua yang bisa kujaga”

“Bahkan saat cintamu tak berbalas?”

“Bahkan saat cintaku tak berbalas. Bahkan saat ada yang berpaling dari kasih sayangku. Bahkan saat ada yang tak percaya pada ketulusan cintaku. Aku akan tetap ada, dekat”

“Dimanakah kau, kalau kau bilang kau selalu dekat?”

“Di sanubarimu. Di relung hatimu yang terdalam. Saat kau mendengar suara-suara lirih dari batinmu. Saat kau merasakan getaran-getaran kesadaran. Saat kau merasakan kehangatan di hari-hari terdinginmu. Saat itulah aku tiupkan kasih sayangku. Saat itulah aku peluk erat dirimu. Karena aku tidak bisa meninggalkanmu sendiri”

Dan kau membuatku terdiam. Aku tahu rasa itu. Aku pernah merasakan itu. Kau bikin aku tersadar. Bahwa cinta, adalah kau. Dan engkau, adalah cinta. Dan dengan cintamu, tak ada alasan buatku untuk merasa sendiri dalam ketakutan-ketakutanku.

(dialog imajiner kalau saja saya bisa ketemu Tuhan….)

No comments:

Post a Comment

Bayangkan

Saat saya menulis ini, Indonesia sedang mengalami badai kedua (atau bahkan ketiga?), yang mengakibatkan naiknya kasus dan tingkat kematian, ...

Popular Posts