Tuesday, December 12, 2017

Dialog hati



Suatu malam, 2 tahun lalu. 

Hari itu, kamu menangis sesenggukan.

Katamu, teman-temanmu menolakmu. Katamu, kamu merasa nggak punya teman di kelas. Nggak ada yang bisa diajak ngobrol.

Tahukah, Kak, hari itu, hati bunda ikut menangis bersamamu. Melihat kamu menangis sesenggukan di bahu bunda, mungkin adalah kali pertama bunda merasa betapa berat ternyata melihat anak sendiri ‘sakit’. Lebih sakit dibanding waktu lihat kamu kesakitan ditusuk jarum infus. Karena ini di dalam, tempat yang bunda nggak bisa elus-elus. Nggak bisa bunda lihat seberapa besar lukanya sehingga bunda nggak tahu akan sembuh berapa lamakah luka itu. Dan seperti apa nanti bekasnya.

Tapi Kak, di saat yang sama bunda juga tahu. Itu harus kamu jalani. Sekarang, bukan nanti. Karena nanti, mungkin akan jadi terlambat. Sekarang, supaya kamu lebih cepat sembuh karena lebih cepat belajar gimana mengatasinya. Sekarang, supaya nanti, kamu bisa lebih kuat menghadapi hal-hal yang lebih berat.

Kak, mencari teman itu sama seperti mencari diri sendiri. Butuh proses dan waktu. Nggak ada rumus apapun yang bisa mempercepat proses itu. Nggak ada yang bisa bilang ke kamu kalau nanti, di umur sekian, kamu akan ketemu teman yang pas. Nggak ada jawaban untuk itu, Kak. Karena itu juga adalah proses dimana kamu mengenali dirimu sendiri – apa yang hatimu merasa cocok.

Dan hatimu, juga akan berkembang seiring waktu. Isi didalamnya, tergantung pada apa yang kamu ijinkan dirimu pelajari. Apa yang kamu pelajari, tergantung pada seberapa terbukanya kamu mau menggali hal-hal yang baru. Nggak ada rumusnya, Kak.

Teman yang baik, juga susah dicari Kak. Akan selalu ada trial and error. Saat kita kira teman kita baik, tahu-tahu dia berubah, entah karena apa. Apakah itu salah?. Nggak juga. Jalani saja. Yang penting, jaga hatimu.

Bunda selalu percaya ini Kak: hati yang baik akan selalu menarik orang yang baik untuk jadi teman kita. Jadi, jagalah hatimu dari penyakit hati. Apa itu penyakit hati?: sombong, iri sama orang lain, suka buruk sangka pada orang lain, dan pelit pada orang lain (pelit macem-macem Kak, termasuk pelit ilmu...). Nah ini yang harus Kakak pastikan nggak ada di hati kakak.

Kalau ada orang yang lebih dari Kakak, alhamdulillah, dan semoga satu saat kakak bisa kayak gitu atau bahkan lebih. Itu aja. Berdoa dan berusaha terus untuk jadi kita yang lebih baik, dan bukan dengan iri pada orang jawabannya.

Semoga satu saat nanti kamu akan ketemu teman-teman yang asik. Bunda yakin kok kakak akan menemukan mereka nanti. Sabar aja. Nikmati dan jalani aja prosesnya sekarang Kak, walaupun kadang susah.

Dan yakin ini: Allah tidak pernah membiarkanmu sendiri. Dan, ada ayah, bunda, Lila, oma, mbah Roko, tante I, om Shabier, dan budhe-budhe dan pakdhe-pakdhe juga mas-mas dan mbak-mbak dan yang lain-lain yang ada di sekitarmu. Yang akan selalu menerima kamu, apa adanya.

Run to any of us, anytime, if you ever need a shoulder to cry on... 



Di tengah kemacetan sore ini, demi membuang kebosanan, saya buka laptop. Maksud hati menyelesaikan catatan akhir tahun yang saya mulai tulis 2 hari lalu. Tapi saya malah menemukan tulisan ini di sebuah folder yang isinya semua tulisan yang saya bikin untuk blog ini. 

Sepertinya hari itu saya butuh curhat setelah merangkul dan ngobrol dengan si sulung yang beranjak jadi ABG waktu itu. Menulis seperti biasa meringankan beban hati saya. Saya malah sudah lupa saya pernah tulis semua itu.

Times like those, made me realised bahwa jadi ibu itu artinya juga adalah penguatan hati kita sendiri sebagai manusia, dan sebagai perempuan. 

Ibu, tidak punya pilihan lain selain punya hati yang luas dan tegar. Bagaimana tidak. Saat anak dalam situasi seperti itu, pilihan apa yang kita punya sebagai ibu selain menguatkan diri sendiri padahal rasanya air mata kita sendiri siap untuk tumpah?. Pilihan apa yang kita punya bahkan mungkin jika saat itu hati kita sendiri sedang butuh dihibur?. Ibu harus selalu siap untuk senyum, menguatkan, memeluk, memberi kehangatan, regardless of what she really feels inside.

Untuk itu, saya bahagia jadi perempuan...dan diizinkan memiliki anak. Karena artinya Tuhan percaya hati saya bisa jadi cukup kuat. Tuhan percaya bahwa hati saya bisa cukup lentur. 

Yah semoga saya tidak pernah mengecewakan Tuhan untuk mengemban tugas saya sebagai Ibu, istri, perempuan, dan yang paling penting, sebagai manusia. Aamiiiin..

No comments:

Post a Comment

Bayangkan

Saat saya menulis ini, Indonesia sedang mengalami badai kedua (atau bahkan ketiga?), yang mengakibatkan naiknya kasus dan tingkat kematian, ...

Popular Posts