Monday, July 20, 2009

Why We Love Jakarta..

Saya bersorak gembira ketika Desember tahun lalu akhirnya majalah Time Out Jakarta (TOJ) terbit. Kegembiraan yang kurang lebih sama dengan saat saya mendapati National Geographic Indonesia (NGI) dan Rolling Stone Indonesia (RSI) terbit. Bagi saya ini bukan sekedar penerbitan majalah kebanyakan. Tapi ini juga sebuah pengakuan. Meminjam istilah mantan boss saya, terbukanya satu lagi “jendela Indonesia” untuk diintip dunia.

Telat bertahun-tahun dibandingkan dengan kota-kota tetangganya – seperti Bangkok, Singapore, dan bahkan KL – Jakarta akhirnya diterima sebagai kota yang cukup exciting bagi komunitas internasional, paling tidak menurut para editor Time Out. Majalah ini merupakan franchise dari seri Time Out yang berbasis di London, penerbit travel guide dan city guide, alternatif untuk Lonely Planet yang klasik itu. Kredo Time Out adalah: Your guide to what's happening in the most exciting cities on the planet.

Edisi perdana, Time Out Jakarta, Desember 2008. Satu lagi jendela Indonesia terbuka bagi orang luar..

Setelah bertahun-tahun di cap sebagai kota yang tenggelam dalam polusi, disparitas sosial, kemacetan, inefisiensi, dan infrastruktur yang sama sekali tidak ramah untuk para pelancong, pelan-pelan Jakarta merambat ke atas, dan diterima (kembali). TOJ ini adalah salah satu bentuk penerimaan itu. Beberapa kali Jakarta disebut sebagai hidden gem (permata yang tersembunyi). Terutama karena kehidupan malam-nya, café dan galeri seni kontemporer-nya, serta ITC! Ya, ITC, mal murah dengan barang-barang (bajakan) berkualitas bagus itu.

Dan tiba-tiba Jumat pagi yang kelabu, tepat setalah 5 tahun kota ini terbebas dari kabar buruk. Semua orang pilu. Istri saya yang sama sekali tidak bisa mengapresiasi bola, dengan penuh duka, menulis notes tentang MU, Budi, dan Indonesia, menyusul kejadian ini. Saya sendiri menanti-nanti, apa yang akan ditulis oleh editor TOJ pada edisi Agustus mendatang, menyusul kejadian Ritz dan Marriott.

But anyway, tak ada guna, meratap terlalu lama. Jakarta, will rise again, like she always did. Dan hal ini mengingatkan saya pada salah satu edisi TOJ.

Edisi ini terbit bulan Juni kemarin, bertepatan dengan ulang tahun Jakarta ke 482. Di dalam volume ini, para editor-nya menulis satu artikel tentang kota kita ini, dalam sebuah tajuk “101 Reasons Why We Love Jakarta” Saya mencatat ulang secara singkat, 17 diantaranya, disini. Why we love Jakarta?

  • Reason 101 – Its not KL! Enough said.
  • Reason 93 – Karaoke. Jakartans are songful folk, which goes some way to explaining the prevalence of Karaoke joints.
  • Reason 91 – Massages. Jakarta’s a great place to get a cheap rubdown. Naughty or otherwise..
  • Reason 82 – Soto Betawi with Nasi Uduk. Combined, you have a meal worthy of a king
  • Reason 63 – J.Co. Who would have guessed that local donit can beat US donat powerhouse? Now you can find J.Co in Singapore or KL
  • Reason 55 – Office boy. Domestic help, rite in the office.
  • Reason 45 – Nightlife. Guys, the city has everything..
  • Reason 35 – Its Music Scene. From Dangdut to Electronica. From Jazz to punk. According to Times Magazine, Jakarta has the best and liveliest music scene in Asia..
  • Reason 32 – Fatahillah Square. It’s old and decrepit. But no other place in Jakarta has that kind of character..
  • Reason 26 – Underrated. A recent survey ranked Jakarta as a 2nd worst place in the world for expats to live (after Lagos??!!). Fine by us! We didn’t want to share it, anyway..
  • Reason 17 – Ojeks. Dice with death on your commute to work. And beat the traffic!
  • Reason 13 – Blue Bird Taxi. Safe, friendly, reliable.
  • Reason 11 – Cheap Cinemas. Pirated DVDs, good theatre with only 1.5 bucks! Surely no city in the world can beat this..
  • Reason 8 – Malls. They’re big. They’re air conditioned. They’re everywhere..
  • Reason 6 – Jalan Tikus. Every cith has its short cuts. But in Jakarta, theyre more valuable.
  • Reason 2 – Jakarta Street Food. The minute you think about how it’s made, or how they clean the dishes. You’ll loose your appetite. So, enjoy..
  • Reason 1 – Jakartans. A city would be nothing without the people living in it. Jakarta happens to house some of the warmest, craziest, most coulourful people you’ll…. etc etc..

What about you, guys? Why you love Jakarta?

(CIP)

No comments:

Post a Comment

Bayangkan

Saat saya menulis ini, Indonesia sedang mengalami badai kedua (atau bahkan ketiga?), yang mengakibatkan naiknya kasus dan tingkat kematian, ...

Popular Posts