Saya diingatkan Fesbuk kalau saya pernah melayangkan kata-kata di atas itu di laman saya, tepat di tanggal yang sama, 20 Desember, tahun lalu. Dan kok ya pas, hari ini saya sedang ingin menuliskan catatan akhir tahun, seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan tulisan itu pas dengan apa yang saya pelajari tahun ini.
Waktu tahun lalu saya lontarkan postingan itu, jujur saya cuma berpegang pada kata-kata yang terakhir, bahwa semua yang terjadi dalam hidup pasti ada maknanya. Tapi bahwa you can smile through the tears, itu bikin saya membatin yo opo, piye carane.
Tapi tahun ini, terutama tahun ini, entah kenapa, saya
merasa saya sedang sangat diajarkan buat mengerti arti itu semua.
--
Tahun 2018 dimulai dengan kehilangan yang beruntun.
Februari: kehilangan kolega dengan siapa saya sudah kerja
bareng selama hampir 10 tahun – and a brilliant talent too yang sudah di plot
untuk jadi generasi kedua di perusahaan!. Wedew mak. Rasanya.
Belum lagi sembuh dari kehilangan yang pertama, di bulan April
ada dua kejadian: kehilangan uang – dalam jumlah yang lumayan untuk ukuran
perusahaan semungil kami, lalu kehilangan Bapak mertua yang mendadak.
Pembuka tahun yang bikin nyesek.
Tentunya ya rasanya campur aduk. Kesal. Sebal. Sedih.
Nelongso. Dan ada kekosongan yang tertinggal terutama dengan ketidakberadaan
kolega saya, dan kepergian Bapak.
Tapi, setelah semuanya berlalu, saya sadar bahwa it was not all that bad. Tiap kejadian itu memberikan kesempatan
untuk kejadian lainnya terjadi. In a good way.
Dan tiga itu justru bikin saya lebih siap menghadapi yang
lainnya di tahun ini. Dan memaknai dengan lebih baik kehilangan-kehilangan lain di tahun sebelumnya.
--
Kehilangan sering bikin kita merasa sedih. Ya kan?. Dan kadang
jadi tergoda sekali untuk melihat bahwa kejadian-kejadian apes atau menyebalkan
itu ya memang cuma bikin sebal. Tapi tiga kejadian di awal tahun ini cukup
bikin saya sadar, bahwa di balik hal yang bikin mewek, atau jengkel, selalu ada
yang bikin senyum. You really can smile through your tears!.
Sesuatu yang lumrah ya?. Tapi dalam kenyataannya, kan susah ya
sebetulnya untuk bisa kita akui. Mewek ya mewek aja, gimana bisa senyum!
#nyolot
Tapi betul sih, it was not all that bad.
Gara-gara kehilangan uang, tim kami tidak jadi pergi di
bulan April. Alhasil, saya ada di Jakarta dan bukan beribu kilometer dari kota
ini, saat kami menerima kabar tentang Bapak. Dan kami sekeluarga bisa mengikuti
semua prosesi pemakaman Bapak di Pudak Payung. Buat saya yang sudah mengalami
kehilangan Papa dengan mendadak juga tapi di saat saya bermil-mil jauhnya dari
rumah, rasanya memang sudah cukup mengalami itu sekali saja seumur hidup. Jadi
ada kelegaan saya hadir saat itu.
Saat saya menangis kehilangan Bapak mertua yang amat sangat baik pada kami anak-anaknya, saya tersenyum karena bisa mengucapkan selamat tinggal pada beliau.
Kehilangan rekan kerja yang handal, juga memberikan kesempatan lain.
Kehilangan rekan kerja yang handal, juga memberikan kesempatan lain.
Saya jadi bisa melihat dengan lebih jelas apa yang
sebetulnya tim kami butuhkan. Jadi lebih bisa mencari kesempatan-kesempatan
yang lain untuk mengisi kekosongan talenta. Ya tentunya bukan sesuatu yang
mudah, tapi ternyata kami bisa melaluinya. Dan malah terasa makin kompak, sayapun
jadi punya ruang buat memahami orang-orang lain di tim kami, dan mencari
kombinasi-kombinasi yang terbaik.
--
Buat saya yang derajat sabarnya sangat tipis, melalui tiga
kejadian itu tidak mudah. Maunya, rasa kehilangannya langsung pupus. Maunya,
kekesalan yang ada karena kehilangan uang ya cepat pupus juga. Maunya, saya
dapat pengganti kolega keren saya itu secepat mungkin.
Tapi hidup kan tidak begitu.
Dan akhirnya ada satu titik dimana saya merasa bahwa tidak
ada salahnya melambat sesekali. Kelelahan mental obatnya bukan dengan terus
berlari dan mengabaikan apa yang saya rasa, tapi justru saya harus diam
sejenak.
Hening. Breathe in breathe out. Seperti dasar laut yang
teraduk, dan bikin pandangan jadi kabur, kita butuh memberikan waktu agar air
itu tenang. Menunggu pasirnya pelan-pelan mulai mengendap, supaya kita bisa
melihat dengan lebih jernih.
Saat saya di titik lelah, dan memilih dengan sadar untuk
hening dan berhenti untuk berdebat terutama dengan diri saya sendiri (ini yang
paling susah!), di saat itulah saya bisa tersenyum dan melihat dengan jelas
bahwa yang apes itu tidak selalu apes. Bahwa yang apes atau menyebalkan atau
bikin sedih itu justru membuka jalan buat saya menyadari ada keriangan atau
kesempatan yang lain. Bijak ya? #toyor
Tapi memang kita kadang sering lupa memberikan keheningan
pada diri sendiri. Kita sibuk dengan debat di kepala, juga suara dari luar,
tanpa sadar bahwa semua itu mengaburkan penilaian kita, mengaburkan suara yang
paling jujur dari semua yang kita dengar: suara hati.
Saya percaya bahwa suara hati adalah bisikan Sang Maha buat
kita. Dan di saat kita lelah, all that you need is some silence to search for
that voice, listen to your heart, to what makes sense. To see that the horizon
right in front of you, offers a clear view of what’s still and will be good in
your life.
Dan setelah keheningan itu, yang ada adalah kejernihan. Dan
juga, kesiapan buat menghadapi apapun yang lain yang akan terjadi.
Setelah merasa capek dan babak belur rasanya seperti
ditabrak an invisible fast train berkali-kali, dan beberapa kali menyadarkan
diri saya buat hening dan ‘merasa’ apa yang saya rasa, akhirnya malah bikin
saya menghadapi tahun ini dengan, “OK
deh. You want to mess with me?. You think I can’t face them?. Fine. BRING THEM
ON!!”.
Yaiya. Ada lagi lah kejadian-kejadian lain yang bikin kaget,
melongo, dan tetap ada kehilangan-kehilangan lain. Tapi at least, saya bisa
menghadapinya dengan kejernihan: ada keriangan di balik tiap kesulitan. Jadi, buat
apa susah? #nyanyik
--
Bukan pelajaran yang heboh gimana gitu ya, tapi entah kenapa
kok ya saya ‘kena’ kali ini dengan apa yang sudah dikirim ke jalan saya.
Dan semoga saja dengan itu, jalan ke tahun depan bisa lebih
mudah karena saya sudah belajar buat melambatkan diri dan memberikan waktu bagi
saya sendiri untuk menemukan kejernihan yang saya butuhkan. Life is never going
to be easier nor simpler, but, I can make myself better in facing whatever
challenges there are.
Mari sambut 2019 dengan kesiapan untuk sesekali melambat dan
hening, supaya kita temukan lagi suara hati yang memberikan kejernihan.
Dan, biarkan saya menghimbau karena 2019 juga akan ada kejadian penting di negeri ini: #Jokowi1periodelagi #tetapJokowi
#Jokowiajalah #pesansponsor #jangankomennyampah
No comments:
Post a Comment