(Tara was finally chosen to compete in Madania Speaking and Writing Competition 2014, in Story Telling in Bahasa Indonesia. She won the 3rd prize, with this story. This was a surprise to us all - especially to her who did not think she could make it. I hope this experience could also show her, that she has to appreciate any opportunity she's got, though that also means she has to work very hard to succeed. And she can succeed, if she puts all her will into it)
Di sebuah daerah, berdiri
sebuah kerajaan binatang yang bernama kerajaan Hutan Teduh. Kerajaan ini
dipimpin oleh Sang Raja Hutan yang bijaksana, bernama Leo. Leo selalu memimpin
rakyatnya dengan penuh perhatian. Ia juga raja yang sangat adil.
Suatu saat kerajaan itu
kehabisan makanan. Rakyat mengadu pada Leo. “Wahai rayatku! Aku tau kalian kelaparan”.
”Iya baginda,hidup kami sengsara ”.
“Tenang rakyatku kita
pasti bisa keluar dari kesengsaraan ini”.
“Iya raja kami yang
bijaksana, kami percaya padamu”.
“Aku akan ke kerajaan
saudaraku besok pagi, bersama dengan Bona si Gajah, dan Monti si Monyet. Kami
akan mencoba meminta pertolongan kepada saudaraku, Lanturo, yang memimpin kerajaan
Amazon”.
Tiba-tiba Landi si Landak
berkata, “Maaf baginda, tapi bukankah saudaramu itu terkenal amat pelit?, apa
iya dia akan mau membantu kita?”.
“Sejahat-jahatnya
makhluk, pasti ada sisi baiknya, Landi. Aku yakin, saudaraku tidak sejahat yang
diceritakan selama ini”.
“Baiklah baginda. Aku
percaya pada keputusanmu. Aku hanya berpesan, berhati-hatilah disana”, kata
Landi.
“Jangan kuatir, Landi”,
kata Leo.
Esok harinya, saat fajar
menyingsing, Leo, Bona dan Monti berangkat menuju kerajaan Amazon. Mereka tiba
saat matahari mulai condong ke arah barat.
Di depan pintu kerajaan, ada seekor
beruang yang menjaga pintu, “Siapa kalian,dan apa maksud kalian datang kemari”.
Leo menjawab, “Kami
datang dari kerajaan Hutan Teduh. Aku adalah saudara dari Lanturo, raja yang
memimpin kerajaan ini. Kami bermaksud meminta pertolongannya”.
“Baik. Tunggu sebentar,
akan aku beritahukan kedatangan kalian pada Raja Lanturo”.
Tak lama kemudian,
keluarlah Lanturo, “Wahai Leo. Ini kejutan. Ada apa maksudmu datang ke
kerajaanku?”.
“Wahai Lanturo,
kerajaanku dalam kesulitan. Hanya ada sedikit makanan dan tidak cukup untuk kami
semua. Aku kesini bermaksud meminta pertolonganmu. Sudikah engkau membagi
sedikit persediaan makananmu bagi kami?”.
“Ah Leo, kau datang pada
saat yang tidak tepat. Apakah kau tidak tahu bahwa seluruh hutan di daerah ini,
sekarang mengalami kesulitan makanan!. Ini semua, karena ulah manusia, yang
dengan seenaknya menebangi hutan. Kita semua yang menanggung akibatnya kini”.
Leo terdiam. Dia tidak
percaya pada pendengarannya. Dan dia teringat pada kata-kata Landi bahwa Lanturo
adalah raja yang pelit. Leo berpikir ini hanya taktik Lanturo yang tidak ingin
memberikan persediaan makanannya.
“Apa iya begitu, Lanturo.
Apakah mungkin kerusakan hutan sedemikian luasnya?”.
“Kau tidak percaya
padaku?...ikut aku”. Lanturo mengajaknya ke atas bukit. Dan dari situ, mereka
memandang ke hutan lepas di bawah mereka.
Leo tertegun melihatnya. Pemandangan
yang sama seperti yang bisa ia lihat dari bukit di kerajaannya, kekeringan, dan
tanah yang tandus, juga ia lihat dari situ.
“Saudaraku.ini kenyataan
yang harus kita hadapi. Aku hanya punya sedikit persediaan makanan untuk
rakyatku. Sudah lama sekali kami seperti ini. Kami harus berhemat, karena ulah
manusia”, kata Lanturo.
“Ah ternyata hidup kalian
lebih susah dari kami. Tapi kenapa kalian tidak pernah meminta pertolongan pada
kami?”,kata Leo.
Lanturo tersenyum,
“Karena aku selalu mengingat pesan para leluhur – hargailah apapun yang ada di
sekitarmu, karena sekecil apapun itu, itu adalah rejeki dari Tuhan. Jadi aku
selalu berusaha bertahan dengan apa yang ada. Itu caraku menghargai semua yang
tersedia bagi kami di kerajaan ini”.
Leo jadi terharu,
“Saudaraku, betapa mulia cara berpikirmu. Aku jadi belajar darimu untuk dapat
menghargai sebuah kesulitan. Dan semoga itu pula yang dapat aku ajarkan pada
rakyatku”.
Esok paginya pulanglah
Leo, Bona dan Monti ke kerajaan Hutan Teduh. Mereka membawa sebuah pelajaran, bahwa
sesulit apapun keadaan, kita harus belajar menghargainya sebagai rejeki dari Tuhan, dan
bukan malah mengeluh, karena diluar sana, masih ada binatang-binatang lain yang mungkin lebih menderita dari mereka.
THE END
Terharu membacanya, sederhana namun benar-benar mengandung pesan moral yang cocok untuk anak SD maupun ibu-ibu seperti aku :) Ijin untuk dibacakan ke Fayyad nanti malam ya mbak!
ReplyDelete